HAKIKAT PENDIDIKAN LANDASAN PENDIDIKAN

SHARE:


Menyadari peran penting Pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami terlebih dahulu hakikat Pendidikan. Pemahaman hakikat Pendidikan inilah yang akan menyebabkan kita dapat memahami peran, mendudukkannya, dan menilai pendidikam secara proporsional.
A. Pendidikan

Hampir setiap orang pernah mengalami Pendidikan, tetapi tidak setiap orang mengerti makna makna Pendidikan, pendidik, dan mendidik. Untuk memahami Pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat Pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogi bermakna Pendidikan, sedangkan Paedagogiek berarti ilmu Pendidikan (Purwanto, 1995:3). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pedagogik (pedagogiek) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang Pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan (Rasyid, 2007:43).
Secara estimologik, perkataan Paedagogie berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paidagogos adalah hamba atau orang yang pekerjaannya menghantar dan mengambil budak-budak pulang pergi atau antar jemput sekolah. Perkataan “paida” merujuk pada kanak-kanak, yang menjadikan sebab mengapa sebagian orang cenderung membedakan antara pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan andragogi (mengajar orang dewasa).
Perkataan untuk pedagogi yang juga berasal dari Bahasa Yunani kuno juga dapat dipahami dari kata “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam Pendidikan selama ini adalah konsep pedagogi, yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak-anak (Muiz Sad Imam, 2004:5).
Pedagogik adalah ilmu atau teori keilmuan Pendidikan baru berkembang di kontinen Eropa pada abad ke-20. Diluar kontinen Eropa, termasuk inggris dan ameroka utara, cabang pedagogic praktis Bersama filsafat Pendidikan jauh lebih berkembang daripada pedagogic teoretis. Pertumbuhan ilmu pedagogic, khususnya ilmu mengajar (didaktik) pada abad ke-16 s.d. 17 jauh melebihi ilmnu mendidik di Eropa yang diawali dengan terbitnya buku Allegemeine Pedagogik (Pedagogik Umum oleh J.F. Herbart, 1986).
Adapun perkembangan ilmu pedagogie baik praktis maupun teoritis, di Indonesia dimulai oleh Ki Hajar Dewantara (Suryaningrat, 1889-1959) dan kawan-kawan pasca pembuangan ke Eropa (1913/19140) yang mengenalkan dengan tokoh progresivisme Pendidikan dan pengajaran, seperti Jan Lighthart dan Maria Monessori. Pada gilirannya, rintisan Taman Siswa (1922) gerakan kebangsaan atau kemerdekaan RI serta perkembangan ilmu mendidik di Nedherland membantu penyebaran ilmu pedagogic.
Dalam realitas di dunia Pendidikan pedagogi modern membagi fungsi pembelajaran menjadi ti area, yakni apa yang dimaksudkan sebagai Taksonomi Bloom. Menurut Taksonomi Bloom, pengajaran terbagi atas:
1. Bidang Kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktivitas mental, seperti ingatan pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan mencipta;
2. Bidang Afektif, yakni berkenaan dengan sikap dan rahasia diri; dan
3. Bidang Psikomotor, yang berkenaan dengan aktivitas fisik seperti keterampilan hidup dan pertukangan.
Ketiga area tersebut kelihatannya memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam situasi  pembelajaran semua jadi satu. Contohnya, apabila seorang guru ingin mengajar seorang pelajar menulis, dia perlu mengajar palajar itu cara memegang pensill (bidang psikomotor); bentuk huruf dan maknanya (bidang kognitif); dan juga harus memupuk minat untuk belajar menulis (bidang afektif). Dengan demikian, hakikat Pendidikan adalah “handayani” seperti yang dikemukakan oleh Ki Mohamad Said R. yang memilikji arti “memberi pengaruh”. Pendidikan kumpulan dari semnua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimiliknya, sikap-sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada.
Pendidikan dimulai di keluarga atas anak (infact) yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan tetangga atau komunitas sekitar (milieu), Lembaga persekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak mulai dari kelompok kecil sampai rombongan relative besar (lingkup makro) dengan Pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas yang mendidik secara mikro dan menjadi pengganti orang tua (Rasyid, 20007;36).
Pendidikan pada sesi berikutnya mengemuka sebagai gejala prilkau dan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar primer betahan hidup (survival), bagian kegiatan untuk meningkatkan kehidupan agar lebuih bermakna atau bernilai. Gejala Pendidikan timbul ketika sekumpulan individu ingin memenuhi kebutuhan  makna (meaning) yang lebih tinggi atau abstrak seperti pengetahuan, nilai keadilan, kemakmuran, dan keterampilan agar terbebas dari kondisi kekurangan seperti kemiskinan, penyakit, atau kurangnya kemampuan berinteraksi dengan alam sekitar.
B. Mendidik

Kata mendidik adalah kata kunci dari Pendidikan. Mengingat hal itu, sangat penting untuk dipahami hakikat mendidik yang bermakna luhur dalam proses Pendidikan. Mendidik menurut langeveld adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya dalam mencapai kedewasaan. Ahli lainnya, yaitu Hoogveld mengatakan mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya. Menurut tokoh pendidikan yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara mengatakan, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Untuk lebih memahami makna mendidik dapat dibandingkan langsung dengan kata mengajar. Kata mengajar yang kita kenal dapat dimaknai sebagai menyajikan bahan ajar tertentuberupa seperangkat pengetahuan, nilai, dan/atau deskripsi keterampilan kepada seseorang atau sekumpulan orang dengan maksud agar pengetahuan yang diperlukannya sekarang atau untuk pekerjaan yang akan dijalaninya tumbuh, sehingga ia dapat mengembangkan atau meningkatkan inteligensinya secacara intelektual. “mengajar adalah sebaggian kecil dari mendidik”
Adapun mendidik memerlukan tanggung jawab lebih besar daripada mengajar. Mendidik ialah membimbing pertumbuhan anak, jasmani maupun rohani dengan sengaja, bukan saja untuk kepentingan pengajaran sekarang melainkan utamanya untuk kehidupan seterusnya di masa depan (Rasyidin, 2007:34).
Sebagi rambu atas proses mendidik yang lebih luhur maknanya daripada mengajar dapat pula diterjemahkan peristiwa mendidik (educating) dimulai dalam relasi pergaulan manusia, termasuk kualitas belajar dan mendidik diri sendiri. Landasan proses itu dipahami sebagai humanisasi dalam interaksi internal dan menjadi dasar dari relasi pendidikan dan interaksi edukatif  dalam arti luas (hominisasi dan humanisasi) momentum seperti ini dapat terjadi dilembaga sekolah dan pendidikan nonformal dalam masyarakat, sehingga pendidikan terpelihara mutunya dan tidak kehilangan kualitas relasi anatarmanusia sebagai sesame subjek pendidikan.
Aplikasi proses mendidik yang sangat berbeda dengan hanya sebatas mengajar sebagaimana penjelasan di atas, pada akhirnya menggeser kata turunan mengajar yakni pengajaran menjadi pembelajaran. Pengertian pembelajaran adalah usaha sadar yang sengaja dilakukan agara seseorang tertarik dan nyaman ketika belajar. Tak heran apabila hasil dari pembelajaran adalah akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang yang belajar. Perubahan tingkah laku yang menurut Bloom dapat terjadi dalam tiga ranah, yaitu perubahan di ranah  kognitif berupa bertambah dan makin kuatnya konsep pengetahuan, perubahan afektif berupa tumbuh dan bertambahnya keinsyafan dan kesadaran akan fungsi dan kebermaknaan pengetahuan yang kini dimilikinya, dan perubahan psikomotor yang menunjukan makin berkembangnya keterampilan yang kini dan kelak dapat menyebabkan dirinya mampu mempertahankan diri.
C. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia dalam UU system Pendidikan Nasioanal, yaitu UU No. 20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”
Dengan dasar tujuan nasional yang telah disuratkan dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 itu, setiap unit atau organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dalam menjabarkan kegiatannya mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ditentukan oleh pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan emperhatikan masukan dari masyarakat atau para pakar yang berkompeten dan kemudian dirumuskan oleh pemerintah dan anggota DPR. Hasil rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Selanjutnya, untuk lebih mudahnya pencapaian tujuan dari setiap unit kependidikan dari tujuan pendidikan nasional, maka terdapat pula tujuan pendidikan institusional. Tujuan institusional ini sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikannya, seperti tujuan Pendidikan taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK), dan tujuan pendidikan perguruan tinggi. Semua tujuan institusional tersebut mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kurikulum masing-masing jenjang pendidikan.
Dari tujuan institusional, masing-masing unit atau jenjang pendidikan membuat tujuan yang lebih kecil lagi, yaitu tujuan kurikuler. Dalam tujuan kurikuler telah tercantum tujuan bidang studi IPS, IPA, bahasa, dan laini-lain.
Demikian pula halnya dengan SMK. Misalnya, untuk SMK keteknikan ada tujuan kurikuler Mata Diklat Elektronika. Untuk keahlian Bisnis dan Manajemen ada tujuan kurikuler Mata Diklat Akuntansi, Penjualan dan Administrasi Perkantoran. Dari tujuan kurikuler tersebut, guru, widyaiswara, atau orang-orang yang langsung berkecimpung dil lapangan membuat tujuan umum, tujuan instruksional khusus atau istilah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 20086 membuat standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indicator dari masing-masing KD tersebut.
Sumber
Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya/Dr. M. Sukardjo Ukim Komaruddin, M.pd. -Ed. 1,-3, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

COMMENTS

Nama

LandasanPendidikan,10,Materi,21,TeknologiPendidikan,6,
ltr
item
Seputar TP: HAKIKAT PENDIDIKAN LANDASAN PENDIDIKAN
HAKIKAT PENDIDIKAN LANDASAN PENDIDIKAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhINMw3htVttCioybd1Np9JjGiUGNhaPKZJumSY5Pk71zKISE-uvIELzQi53RBG9pX_2hkuh1HkHFJmTYTIS8QAbvy37ivjQb6af71faQ3zRwrsxAXO_5I6n57rhaPSYBYQJE5lNiEiKmI/s640/Hakikat+Pendidikan.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhINMw3htVttCioybd1Np9JjGiUGNhaPKZJumSY5Pk71zKISE-uvIELzQi53RBG9pX_2hkuh1HkHFJmTYTIS8QAbvy37ivjQb6af71faQ3zRwrsxAXO_5I6n57rhaPSYBYQJE5lNiEiKmI/s72-c/Hakikat+Pendidikan.jpg
Seputar TP
https://hanyatp.blogspot.com/2019/05/hakikat-pendidikan.html
https://hanyatp.blogspot.com/
https://hanyatp.blogspot.com/
https://hanyatp.blogspot.com/2019/05/hakikat-pendidikan.html
true
3442867778335042156
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy